Sebagai area tubuh yang sering lembap dan dipenuhi mikroba, vagina gampang banget mengalami infeksi. Saking umumnya infeksi pada miss v, para ahli bahkan menyebut kalau setiap perempuan bakal mengalami kondisi ini setidaknya satu kali seumur hidup mereka. Duh, serem banget nggak, sih?
Tapi, kamu nggak perlu panik dulu. Yuk, kenali apa aja gejala infeksi vagina dan cara mengatasinya supaya kamu lebih waspada!
Baca juga: Proses Menstruasi Tidak Teratur Akibat PCOS Apakah Masih Bisa Hamil?
Apa itu infeksi vagina?
Infeksi vagina, atau vaginitis, adalah peradangan pada vagina akibat serangan bakteri, jamur, parasit, atau ragi pada area kewanitaan. Infeksi bisa terjadi kapan aja, tapi lebih banyak pada masa remaja hingga usia 40-an.
Sebetulnya ada banyak mikroorganisme yang bisa menginfeksi vagina, tapi berikut ini tiga jenis infeksi yang paling umum.
- Vaginosis bakteri yang terjadi karena jumlah bakteri baik pada vagina menurun dan kalah oleh bakteri jahat seperti Gardnerella.
- Infeksi ragi yang disebabkan oleh jamur candida, khususnya Candida albicans.
- Vaginitis trikomoniasis, satu-satu infeksi yang cuma ditularkan lewat hubungan seksual.
Tanda-tanda dan gejala vaginitis
Meskipun mikroorganisme penyebab infeksi vagina berbeda-beda, gejalanya bisa mirip antara satu sama lain. Tanda-tanda infeksi yang harus kamu waspadai di antaranya:
- Miss v gatal, panas, nyeri, iritasi, atau nggak nyaman.
- Nyeri atau panas saat buang air kecil.
- Kulit di area kewanitaan tampak memerah atau membengkak.
- Keluar bercak-bercak darah di luar jadwal menstruasi.
- Cairan yang keluar dari vagina jadi lebih banyak, tampak kehijauan, atau berbau nggak sedap.
Orang yang mengalami vaginitis bisa aja cuma menunjukkan satu atau beberapa dari gejala di atas. Kalau kamu mengalami salah satu gejala tersebut dan nggak membaik setelah beberapa hari, sebaiknya beri tahu orang tua, ya, Charm Girls!
Baca juga: Jaga Kesehatan Vagina Mulai Sekarang dengan Cara Ini, Yuk!
Penyebab infeksi vagina
Vagina adalah rumah bagi puluhan spesies bakteri, jamur, dan ragi. Ketika kondisi area kewanitaan cukup sehat, semua mikroorganisme ini hidup dalam jumlah yang seimbang sehingga nggak menimbulkan masalah.
Namun, kadang-kadang keseimbangan mikroorganisme dalam vagina bisa terganggu tanpa sebab yang jelas. Begitu hal ini terjadi, bakteri atau jamur yang merugikan dapat tumbuh secara berlebihan sehingga terjadilah infeksi pada vagina.
Risiko vaginitis juga bertambah besar pada orang yang aktif berhubungan seksual dan bergonta-ganti pasangan. Selain itu, penggunaan produk pembersih kewanitaan kayak vaginal spray dan douche juga bisa mengganggu keseimbangan mikroba vagina.
Bahan kimia dalam vaginal spray, douche, sabun kewanitaan, serta produk pembersih kewanitaan lainnya dapat membunuh bakteri baik di dalam vagina. Akibatnya, bakteri jahat pun tumbuh subur dan menimbulkan peradangan di area miss v. Serem, ‘kan?
Nggak cuma itu, kebiasaan pakai celana dalam yang terlalu ketat juga bikin kulit di area miss v jadi lembap. Bakteri suka banget lingkungan yang hangat dan lembap seperti ini. Tanpa sadar, kebiasaan inilah yang bikin kamu berisiko kena vaginitis.
Infeksi vagina itu berbahaya nggak, ya?
Vaginitis, terutama yang disebabkan oleh candida, sebetulnya nggak berbahaya. Akan tetapi, infeksi yang nggak ditangani akan bertambah parah dari waktu ke waktu. Kamu pun akan mengalami gatal, kemerahan, dan radang yang semakin parah.
Lama-lama, kebiasaan menggaruk miss v bikin kulit di sekitarnya jadi pecah-pecah dan lecet sehingga rawan terkena infeksi kulit lebih lanjut. Kulit yang terinfeksi tentu bakal terasa lebih perih dan nyeri sehingga aktivitas sehari-hari kamu jadi terganggu.
Vaginitis yang ringan biasanya bisa sembuh sendiri tanpa pengobatan, tapi jangan cuek sama gejala yang kamu alami, ya! Segera beri tahu orang tua dan periksakan diri ke dokter kalau kamu mengalami tanda-tandanya.
Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan organ reproduksi supaya kamu terhindar dari infeksi pada vagina. Bersihkan vagina cukup dengan air, ganti pembalut tiap 3–4 jam, dan hindari memakai celana dalam yang ketat supaya kulit di sekitar miss v nggak lembap.
Baca juga: 5 Penyebab Keputihan Gatal dan Cara Mengatasinya!