Pernahkah kamu mendengar tentang perimenopause? Perimenopause adalah masa transisi menuju menopause, yang merupakan titik akhir siklus menstruasi wanita. Pada fase ini, tubuh memproduksi lebih sedikit hormon estrogen yang berpengaruh pada kesuburan.
Pada umumnya, wanita akan mengalami perimenopause pada usia 45 tahun ke atas dengan gejala utama berupa muncul flek coklat sebelum haid. Masa perimenopause ini cukup panjang, bahkan bisa bertahan hingga 10 tahun sebelum akhirnya siklus haid berhenti sepenuhnya.
Lantas, jika perimenopause menyebabkan perubahan hormonal pada tubuh, apakah kondisi ini berbahaya? Untuk mengetahui jawabannya, yuk, simak artikel ini lebih lanjut!
Apa penyebab perimenopause?
Perimenopause adalah suatu fase saat tubuh mempersiapkan diri menuju menopause. Pada fase ini, ovarium (indung telur) tidak lagi memproduksi hormon dalam jumlah normal. Akibatnya, siklus menstruasi pun jadi terganggu hingga berhenti dengan sendirinya.
Perimenopause sering kali dimulai ketika seorang perempuan berusia empat puluhan dan akan berlangsung hingga 2–8 tahun ke depan. Sesaat setelah memasuki fase ini, tubuhmu akan mengalami banyak perubahan.
Penyebab perimenopause diyakini berasal dari perubahan hormonal dalam tubuh, tepatnya ketika kadar estrogen mengalami penurunan yang cukup signifikan. Selain itu, kamu mungkin akan mengalami gejala seperti hot flashes dan osteoporosis.
Akan tetapi, ada beberapa faktor yang bisa bikin wanita memasuki fase perimenopause lebih dini. Berikut beberapa di antaranya.
- Faktor keturunan. Jika ada anggota keluargamu yang mengalami menopause dini, kamu berisiko mengalami hal yang serupa di masa depan.
- Histerektomi (operasi pengangkatan rahim). Perimenopause dini bisa terjadi jika kamu pernah menjalani prosedur histerektomi, terutama jika kedua ovarium telah diangkat.
- Kebiasaan merokok. Kebiasaan ini bisa mempercepat perimenopause, sebab kandungan dalam rokok bisa memengaruhi kadar hormon estrogen serta fungsi ovarium.
- Sedang menjalani pengobatan kanker, seperti kemoterapi atau radioterapi.
Lantas, apakah perimenopause berbahaya? Ternyata tidak, Girls! Selama tidak disertai gejala aneh, kondisi yang membuat haid jadi tidak teratur ini merupakan hal yang normal dan akan dialami oleh setiap wanita.
Gejala-gejala perimenopause
Pada masa transisi menuju menopause ini, tubuh wanita bisa menunjukkan sejumlah gejala. Beberapa gejala mudah dikenali, sedangkan yang lainnya tidak. Di bawah ini adalah beberapa gejala umum dari fase perimenopause.
1. Siklus menstruasi tidak teratur
Pada masa transisi ini, masa ovulasi jadi tidak menentu. Aliran darah yang keluar saat mens pun bisa ringan atau berat. Oleh karena itu, jika seorang perempuan berusia 40-an mengalami perubahan seperti ini saat menstruasi, ia mungkin sedang dalam fase perimenopause.
2. Mengalami hot flashes dan masalah tidur
Hot flashes adalah sensasi panas yang biasa muncul pada tubuh bagian atas selama masa perimenopause. Hot flashes bisa bikin tubuh berkeringat pada malam hari yang tentunya mengganggu tidurmu.
3. Suasana hati gampang berubah
Penurunan hormon saat perimenopause juga bisa menyebabkan perubahan mendadak pada suasana hati. Orang yang mengalaminya pun cenderung jadi sensitif dan mudah sedih. Gejala ini juga bisa diperparah oleh gejala hot flashes dan masalah tidur.
4. Muncul masalah pada Miss V dan kandung kemih
Saat kadar estrogen dalam tubuh berkurang, jaringan penyusun Miss V pun kehilangan kelenturannya. Akibatnya, rasa sakit pun muncul ketika berhubungan intim. Selain itu, hilangnya kekencangan jaringan juga bisa menyebabkan infeksi pada saluran kemih.
5. Menurunnya kesuburan
Ovulasi (pelepasan sel telur) yang tidak menentu selama fase perimenopause dapat menurunkan kesuburan. Akan tetapi, kamu tidak perlu khawatir, sebab kehamilan masih mungkin terjadi sekalipun seorang perempuan sedang mengalami perimenopause.
6. Tulang jadi keropos
Gejala perimenopause yang selanjutnya yaitu osteoporosis atau tulang keropos. Ciri-ciri dari penyakit ini adalah nyeri punggung, postur tubuh bungkuk, dan tulang yang mudah patah. Penurunan kadar estrogen di dalam tubuh merupakan penyebab utamanya.
7. Perubahan kadar kolesterol
Penurun kadar estrogen pada perempuan perimenopause dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Kolesterol tinggi yang tak terkendali bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Maka dari itu, banyak lansia yang memiliki masalah pada jantung mereka.
Cara mengatasi gejala perimenopause
Jika seorang wanita mengalami gejala seperti di atas, sebaiknya ia segera mengunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan. Kamu mungkin akan ditanyai seputar usia, gejala yang dialami, riwayat medis, serta disarankan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui apakah hal ini adalah indikasi perimenopause atau suatu penyakit.
Setelah itu, dokter bisa memberikan perawatan sebagai berikut.
- Terapi hormon, yaitu metode untuk menstabilkan hormon estrogen dalam tubuh. Hormon bisa diberikan dalam bentuk pil, krim, dan gel.
- Mengonsumsi antidepresan. Perawatan ini diberikan untuk mengatasi perubahan suasana hati yang cukup berat.
- Krim kewanitaan. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk mengurangi kekeringan dan nyeri pada Miss V. Dokter akan memberikan resep yang sesuai dan kamu bisa membelinya sendiri.
Gejala perimenopause juga bisa diatasi dengan menerapkan beberapa perubahan gaya hidup, seperti:
- mengonsumsi makanan sehat disertai buah-buahan secara teratur,
- mengonsumsi setidaknya 1.000—1.200 mg kalsium untuk menjaga kesehatan tulang,
- berolahraga secara teratur, serta
- menghindari alkohol, kopi, dan teh untuk mencegah datangnya hot flashes.
Perimenopause merupakan kondisi alami yang pasti dialami oleh wanita. Maka dari itu, tidak ada obat untuk menghentikannya. Namun, kamu masih bisa menjalani sejumlah perawatan dan menjalani gaya hidup sehat untuk mengatasi gejalanya.