Charm Girls, pernahkah kamu mendengar istilah “pH vagina”? Ternyata, supaya miss v tetap sehat, nilai pH-nya harus selalu seimbang. Perubahan nilai pH pada miss v akan mengganggu keseimbangan bakteri dan mengakibatkan berbagai masalah baru, seperti keputihan.
pH sendiri artinya tingkat atau derajat keasaman. Makin kecil nilai pH, makin asam sifat suatu larutan. Miss v secara alamiah mempunyai pH yang agak asam karena bakteri lactobacillus di dalamnya mengeluarkan asam laktat dan hidrogen peroksida.
Namun, nilai normal pH pada area kewanitaan kadang bisa berubah karena berbagai faktor. Apa saja faktor tersebut dan bagaimana cara menjaga keseimbangan pH miss v yang baik dan benar? Yuk, simak jawabannya di sini.
Berapa nilai pH vagina yang normal?
Miss v merupakan rumah bagi ratusan juta mikroorganisme, terutama bakteri dan jamur ragi. Nilai pH miss v yang cenderung asam berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan mikroorganisme ini. Dengan begitu, bakteri dan ragi nggak akan menyebabkan infeksi pada vagina.
Nilai pH normal pada vagina biasanya berkisar antara 3,8 hingga 4,5, yang mana cukup asam. Pada tingkat inilah, miss v-mu bisa dikatakan sehat dan terlindungi dari infeksi bakteri atau penyakit lainnya. Namun, dalam beberapa kasus, nilai pH normal miss v bisa bervariasi.
Sebagai contoh, ketika seseorang berada dalam usia reproduksi aktif, nilai pH normal miss v berkisar antara 3,8 hingga 4,5. Namun, setelah menopause (berhenti haid), pH vagina yang normal bisa berada di atas angka 4,5 yang berarti nggak seasam dulu.
Cara terbaik untuk mengukur pH miss v yaitu dengan membeli alat ukurnya di apotek atau rumah sakit terdekat. Alat ukur tersebut biasanya berupa stik swab yang berbentuk seperti cotton bud, serta kertas bagan warna untuk hasil pH-nya.
Apa aja yang bisa mengubah nilai normal pH vagina?
Banyak perempuan memiliki pH vagina yang nggak seimbang karena alasan tertentu. Artinya, pH vagina mereka kurang dari 3,8 (lebih asam) atau lebih dari 4,5 (lebih basa). Berikut ini adalah faktor-faktornya:
1. Menstruasi
pH vagina mungkin akan meningkat selama siklus menstruasi. Kondisi ini terjadi karena darah yang keluar dari vagina tertampung cukup lama di dalam pembalut. Sementara pH darah haid itu sendiri bisa mencapai 7,4 (basa).
Aliran darah dengan pH tinggi dari rahim akan meningkatkan pH di area sekitar vagina. Lingkungan vagina pun jadi nggak seasam sebelumnya. Supaya vagina terlindung dari infeksi, kamu harus mengganti pembalut setidaknya setiap 2–3 jam sekali, terlebih jika volume darah menstruasi sedang tinggi.
2. Membersihkan miss v dengan cairan kimia
Douching adalah kegiatan membersihkan vagina dengan sabun atau cairan yang dibuat dari campuran zat kimia seperti soda kue, cuka, pewangi, dan cairan antibakteri.
Produk-produk tersebut dikatakan dapat menghilangkan bau vagina. Padahal, douching pada kenyataannya malah memperparah bau miss v. Hal itu disebabkan karena produk douching bisa membunuh bakteri sehat yang melindungi organ kewanitaan dari infeksi.
Selain itu, produk douching membuat pH vagina jadi nggak seimbang sehingga vagina jadi lebih rentan terhadap infeksi.
3. Vaginosis bakterial
Vaginosis bakterial merupakan penyakit infeksi bakteri di area kewanitaan. Salah satu penyebab utamanya adalah peningkatan nilai pH pada vagina. Kemunculan penyakit ini ditandai dengan keputihan berwarna kuning atau hijau yang berbau amis.
Orang-orang yang terserang vaginosis mungkin mengalami gatal-gatal dan nyeri di area kewanitaannya. Mereka juga merasakan sensasi terbakar tiap kali buang air kecil, yang diikuti dengan keluarnya cairan putih atau abu-abu dari miss v.
4. Menopause
Pada perempuan berusia 45 tahun ke atas, meningkatnya nilai normal pH vagina juga bisa menandakan menopause. Menurut penelitian, wanita yang mendekati menopause akan mengalami peningkatan pH vagina hingga berada di angka 5,3.
Kondisi ini terjadi karena kadar hormon estrogen dalam tubuh makin menurun. Karena pH-nya berubah menjadi lebih basa, miss v pun jadi rentan terinfeksi bakteri. Selain itu, perempuan menopause biasanya juga lebih gampang terkena infeksi saluran kemih.
5. Infeksi parasit
Salah satu infeksi parasit yang umum menyerang organ kewanitaan yaitu trikomoniasis. Penyakit ini ditandai dengan keputihan berwarna hijau yang mungkin berbusa, berbau busuk, dan menyebabkan iritasi.
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual. Jika seseorang mengidap penyakit ini, pH vaginanya bisa naik hingga 5,4. Akibatnya, miss v yang sudah terinfeksi parasit jadi lebih rentan terinfeksi oleh mikkroorganisme lainnya.
Nah, selain lima penyebab yang disebutkan di atas, ada berbagai masalah medis lain yang menyebabkan ketidakseimbangan pH vagina. Berbagai penelitian masih dilakukan untuk mempelajari hubungan antara peningkatan pH vagina dan kondisi kesehatan lainnya.
Apabila kamu mengalami salah satu masalah kesehatan yang menyebabkan gangguan keseimbangan pH vagina, ada baiknya untuk segera berkonsultasi dengan dokter ya, Charm Girls!
Cara menjaga keseimbangan pH vagina
Untungnya, menjaga keseimbangan nilai pH normal vagina itu nggak sulit, Charm Girls. Ini langkah-langkah yang bisa kamu coba.
- Hindari penggunaan sabun khusus dan douching untuk vagina. Sabun memiliki pH yang cukup tinggi sehingga kurang baik jika digunakan sebagai pembersih vagina.
- Ketika haid, gantilah pembalut setiap 2–3 jam. Selain bisa menyeimbangkan pH vagina, mengganti pembalut secara teratur juga bisa menurunkan risiko infeksi bakteri.
- Hindari produk pewangi untuk kewanitaan. Pasalnya, segala bentuk pewangi untuk miss v malah akan mengganggu keseimbangan pH miss v-mu.
- Perhatikan makanan yang kamu konsumsi sehari-hari. Cara paling mudahnya adalah menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna. Dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi secara teratur, pH miss v-mu juga akan stabil.
Selain itu, perhatikan juga jenis pembalut yang kamu gunakan ketika haid, ya, Girls! Sebaiknya pilihlah pembalut dengan bahan lembut yang bebas dari gas klorin, parfum, dan zat pewarna. Ketika membeli pembalut, perhatikan juga izin Depkes dan tanggal pembuatannya.
Pembalut yang baik adalah yang nyaman dan sehat dipakai. Jangan sampai pembalut yang harusnya melindungimu selama haid malah bikin kamu nggak bebas beraktivitas karena kulit jadi gatal atau terasa lembap.