Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) adalah pengelolaan kebersihan dan kesehatan pada saat perempuan mengalami menstruasi. Perempuan harus dapat menggunakan pembalut yang bersih, dapat diganti sesering mungkin selama periode menstruasi, dan memiliki akses untuk pembuangannya, serta dapat mengakses toilet, sabun, dan air untuk membersihkan diri dalam kondisi nyaman dengan privasi yang terjaga [1].Toilet sekolah harus berfungsi baik, dengan pintu yang dapat dikunci dari dalam, dan terpisah antara perempuan dan laki-laki, serta mempunyai wadah untuk membuang pembalut bekas.
Baca Juga : Menstruasi di zaman dulu kayak apa ya? - Charm Girl's Talk
Mengelola menstruasi dengan cara yang bermartabat adalah hak asasi bagi perempuan, baik dewasa maupun anak-anak [2] . Banyak anak perempuan tidak memiliki pemahaman yang tepat bahwa menstruasi mereka adalah proses biologis yang normal dan mereka justru baru mengenalnya pada saat menarke alias saat pertama kali seorang anak perempuan mengalami menstruasi [3]. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa anak perempuan sering kesulitan membeli atau mendapatkan pembalut saat diperlukan [4]. Di lingkungan sekolah, siswi perempuan pun sering hanya bisa mengakses fasilitas sanitasi di waktu-waktu tertentu atau saat diizinkan oleh guru [5].
Terakhir, perempuan dewasa dan gadis remaja biasanya tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan terkait air, sanitasi, dan fasilitas kebersihan [6]. MKM juga penting untuk laki-laki karena berdampak bagi meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan sistem reproduksi manusia, meningkatnya keterampilan pola pengasuhan orang tua, dan mendorong kesetaraan gender. Tidak hanya itu, MKM juga dapat berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi dan partisipasi pendidikan para anak perempuan, serta anak-anak mereka di masa mendatang [7].
Apa dampaknya jika Kebersihan Menstruasi tidak dikelola dengan baik?
- Dampak terhadap Kesehatan
Menjaga kebersihan tubuh pada saat menstruasi, dengan mengganti pembalut sesering mungkin dan membersihkan bagian vagina dan sekitarnya dari darah, akan mencegah perempuan dari penyakit infeksi saluran kencing, infeksi saluran reproduksi, dan iritasi pada kulit. - Dampak terhadap Pendidikan
Penelitian UNICEF di Indonesia pada tahun 2015 menemukan fakta 1 dari 6 anak perempuan terpaksa tidak masuk sekolah selama satu hari atau lebih, pada saat menstruasi [8]. Ketidakhadiran siswi perempuan di sekolah membuat mereka ketinggalan pelajaran. Ada beberapa alasan mengapa menstruasi dapat memicu siswi perempuan untuk membolos, seperti nyeri haid (dismenore), sedangkan sekolah tidak menyediakan obat pereda nyeri, tidak adanya jamban yang layak di sekolah, tidak tersedianya air untuk membersihkan diri dan rok yang ternoda darah, tidak tersedianya pembalut cadangan ketika dibutuhkan, dan tidak tersedianya tempat sampah dan pembungkus untuk membuang pembalut bekas. Perlakuan siswa laki-laki yang kadang mengejek juga membuat siswi perempuan enggan ke sekolah. Tabu dan stigma pun membuat terbatasnya aktivitas siswi perempuan pada saat menstruasi, misalnya olahraga. - Dampak terhadap Partisipasi
Sosial Banyak kepercayaan dan kebiasaan masyarakat yang membuat perempuan membatasi aktivitasnya. Akibatnya, kaum perempuan kehilangan kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial, misalnya larangan bermain di luar ketika menstruasi. - Dampak terhadap Lingkungan
Tidak tersedianya tempat untuk membuang pembalut bekas pakai akan mendorong siswi perempuan untuk membuangnya di lubang kloset atau di sembarang tempat di jamban sekolah. Akibatnya, kloset dan jamban tersumbat, tidak berfungsi, dan kotor sehingga pada akhirnya tidak digunakan. Penelitian Plan International Indonesia pada tahun 2016 [9] menyebutkan hanya 25% anak perempuan yang diajarkan cara membuang pembalut secara benar.
Peran Guru di Lingkungan Sekolah
Perubahan kecil di tingkat sekolah dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi siswi perempuan, terutama dengan memberikan informasi yang benar sebelum mereka mendapatkan menarke. Beberapa rekomendasi untuk guru dan pengelola sekolah, antara lain menyampaikan materi kebersihan menstruasi sebagai bagian dalam pelajaran kesehatan reproduksi di sekolah, melaksanakan MKM sebagai salah satu kegiatan wajib pada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), menyediakan jamban yang ramah anak untuk siswi perempuan, menyediakan pembalut dan obat pereda rasa nyeri di ruang UKS, dan lain-lain. Guru juga harus memberikan informasi tentang menstruasi kepada siswa laki-laki supaya mereka dapat bersikap baik kepada teman perempuan yang sedang menstruasi.
Peran Orang Tua di Lingkungan Keluarga
Orang tua, khususnya ibu, merupakan sumber informasi yang paling banyak dijadikan rujukan oleh anak-anak perempuan terkait menstruasi, namun orang tua tidak selalu memberikan informasi yang akurat dan menyeluruh [8]. Akibat ketidaktahuan dan kurangnya informasi yang benar, banyak stigma, mitos, kepercayaan, dan miskonsepsi terkait menstruasi yang berasal dari orang tua. Misalnya, larangan kepada anak perempuan untuk makan daging ketika menstruasi. Hal ini justru dapat meningkatkan risiko kurang gizi pada anak perempuan. Untuk itu, orang tua diharapkan dapat menyampaikan informasi kepada anak perempuan secara terbuka serta berdasarkan data dan fakta. Orang tua juga harus memberikan informasi tentang menstruasi kepada anak laki-laki, supaya mereka dapat menghormati perempuan yang sedang menstruasi.
MANAJEMAN KEBERSIHAN MENSTRUASI
A. Menstruasi dan siklus menstruasi
Apa menstruasi itu dan mengapa perempuan mengalaminya?
Perempuan mengalami menstruasi karena ia memiliki sistem reproduksi yang terdiri atas indung telur, sel telur, tuba fallopi, rahim, serviks (leher rahim), dan vagina. Ketika perempuan memasuki masa pubertas, yakni sekitar usia 10-15 tahun, organ-organ ini mulai siap untuk sebuah proses kehamilan apabila mengalami pembuahan [9]. Mula-mula, hormon estrogen pada tubuh perempuan akan meningkat dan membuat lapisan rahim tumbuh dan menebal. Lapisan dinding rahim adalah tempat tertanamnya embrio atau calon janin (bayi) jika kehamilan terjadi. Pada saat bersamaan ketika lapisan dinding rahim tumbuh, sel telur di salah satu indung telur (ovarium) mulai matang. Setelah matang, sel telur akan meninggalkan ovarium dan menuju rahim melalui tuba fallopi. Jika sel telur ini dibuahi oleh sel sperma pria dan menempel pada dinding rahim, seorang perempuan akan hamil. Namun jika sel telur yang sudah matang ini tidak dibuahi, ia akan pecah, kemudian luruh bersama lapisan dinding rahim yang tadinya menebal dan menjadi tempat berkumpulnya darah.
Pada saat peluruhan ini, darah dan lapisan dinding rahim bersama sel telur yang tidak dibuahi akan keluar dari tubuh melalui leher rahim kemudian vagina. Proses inilah yang disebut menstruasi. Karena berhubungan dengan siklus reproduksi perempuan, maka menstruasi merupakan hal yang normal dan bukan penyakit. Ini menandakan kondisi perempuan yang sehat dan tumbuh berkembang [10]. Di Indonesia, menstruasi dikenal dengan berbagai sebutan haid, mens dan datang bulan.
Apakah siklus menstruasi dan berapa lama menstruasi berlangsung?
Hari ke 1-7 Menstruasi
Hari ke 8-11 Lapisan dinding rahim menebal dan sel telur dalam indung telur mulai matang
Hari ke 12-15 Ovulasi (sel telur matang meninggalkan indung telur dan menuju rahim melalui tuba fallopi)
Hari ke 18-25 Jika tidak dibuahi sperma, sel telur pecah dan meluruh bersama lapisan dinding rahim
Hari ke 26-28 Sel telur yang tidak dibuahi dan lapisan dinding rahim yang meluruh akan keluar dari tubuh melalui leher rahim kemudian vagina.
Seluruh proses dari matangnya sel telur hingga luruhnya sel telur ketika tidak dibuahi (tidak terjadi kehamilan) akan berulang setiap bulan. Saat menstruasi datang tiap bulan secara teratur, ini disebut siklus menstruasi. Biasanya menstruasi akan berlangsung selama 2-7 hari. Siklus dihitung dari hari pertama dari satu periode, ke hari pertama periode berikutnya. Ratarata siklus menstruasi adalah 28 hari, namun setiap perempuan dapat mengalami siklus menstruasi bervariasi setiap 21-35 hari.
Perlu diingat, situasi setiap orang berbeda. Siklus menstruasi menyediakan bahan kimia tubuh yang penting yakni hormon, yang menjaga kondisi tubuh perempuan tetap sehat. Naik turunnya tingkat hormon selama sebulan turut mengontrol siklus menstruasi. Selain itu, darah yang keluar bisa sedikit atau banyak. Umumnya, siklus ini sering tidak teratur selama satu atau dua tahun pertama menstruasi. Memiliki siklus menstruasi yang teratur merupakan tanda bahwa bagian penting dari tubuh perempuan bekerja secara normal.
Apa itu menarke?
Menarke adalah istilah yang digunakan pada waktu pertama kali anak perempuan mengalami menstruasi. Biasanya anak perempuan mengalaminya pada masa pubertas atau masa remaja, umumnya antara umur 10 sampai 15 tahun [8]. Namun, situasi setiap anak perempuan berbedabeda, ada yang mengalami menstruasi lebih cepat, ada pula yang lebih lambat.
Apakah anak perempuan yang sudah menstruasi bisa hamil?
Setelah mendapat menstruasi, artinya organ reproduksi perempuan sudah mulai bekerja dan siap menerima proses kehamilan. Jadi, YA, anak perempuan yang sudah mengalami menstruasi dapat hamil jika melakukan hubungan seksual dengan laki-laki pada saat mengalami ovulasi (matangnya sel telur). Sehingga, informasi yang benar dan tepat diperlukan para remaja perempuan dan laki-laki untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Apakah anak laki-laki mengalami menstruasi?
Tidak. Anak laki-laki tidak mengalami menstruasi. Hal ini dikarenakan fungsi tubuh anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan, dan mereka tidak bisa hamil. Anak laki-laki mengalami perubahan fisik dan emosional lainnya selama pubertas seperti pertumbuhan rambut, jakun, dan perubahan suara.
B. Mengelola menstruasi secara bersih dan sehat
Apakah yang harus dilakukan pada saat menstruasi?
Pada saat mengalami menstruasi, pakailah pembalut untuk menampung darah yang keluar dari vagina.
Apakah perbedaan pembalut sekali pakai dan pembalut pakai ulang?
Pembalut sekali pakai adalah pembalut yang tidak dapat digunakan kembali dan harus dibuang setelah digunakan. Pembalut pakai ulang terbuat dari kain, bisa dicuci, dan dapat digunakan kembali. Hindari penggunaan bahan yang bisa menyebabkan infeksi, seperti koran, dedaunan, tisu, atau kain kotor.
Berapa kali dalam sehari pembalut harus diganti?
Pembalut sebaiknya diganti setiap 4 sampai 5 jam sekali dan bisa lebih sering apabila darah keluar banyak. Waktu yang dianjurkan untuk mengganti pembalut bagi anak perempuan usia sekolah adalah saat mandi pagi, saat di sekolah, setelah pulang sekolah, saat mandi sore, dan sebelum tidur. Pembalut harus sering diganti untuk mencegah infeksi saluran reproduksi, saluran kencing, dan iritasi kulit. Ingat untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut.
Bagaimana cara membuang pembalut sekali pakai?
Pembalut sekali pakai harus dibuang setelah digunakan. Bungkus pembalut dengan kertas atau kantong plastik dan masukkan ke tempat sampah. Jangan membuang pembalut di lubang jamban atau kloset karena hal ini dapat menyebabkan lubang jamban atau kloset tersumbat.
Apakah menstruasi itu menyakitkan?
Sebagian anak perempuan tidak mengalami sakit sama sekali ketika menstruasi. Beberapa merasakan sakit ringan di perut bagian bawah dan bagian punggung bawah, dan sebagian lagi mengalami rasa sakit yang mengganggu sehingga perlu meminum obat pereda rasa nyeri. Rasa sakit semasa menstruasi bukan hal berbahaya dan biasanya tidak berlangsung lama. Kram disebabkan oleh kontraksi pada otot rahim. Kontraksi inilah yang mendorong luruhnya lapisan dinding rahim saat menstruasi [9].
Apakah itu PMS?
PMS adalah singkatan dari premenstrual syndrome atau gejala-gejala yang dapat dirasakan tubuh perempuan sebelum mengalami menstruasi. Tidak semua perempuan mengalami hal ini, tetapi sebagian besar perempuan mengalami hal ini beberapa hari sebelum menstruasi. PMS disebabkan oleh perubahan tingkat hormon dalam tubuh perempuan yang berdampak pada mood atau emosi. Ketika PMS, beberapa perempuan merasa sedih, sementara yang lain merasa mudah marah atau marah tanpa alasan yang jelas. Beberapa perempuan merasa payudaranya mengeras dan sakit. Hal ini wajar dan tidak perlu dikhawatirkan [8].
Kenapa mitos terkait menstruasi merugikan kesehatan?
Banyak mitos dan kepercayaan tentang menstruasi yang justru merugikan kesehatan perempuan. Contohnya, mitos tidak boleh mencuci rambut ketika menstruasi. Membersihkan diri, termasuk mencuci rambut, saat menstruasi justru sangat diperlukan dan tidak dilarang [11]. Bahkan, mandi dan keramas setiap hari ketika menstruasi membantu membuat badan terasa segar serta melindungi tubuh dari bakteri, infeksi, dan bau. Selain itu, terdapat mitos dilarang memakan daging ketika menstruasi. Padahal daging dan ikan mengandung banyak protein dan zat besi yang dibutuhkan perempuan untuk mengganti sel-sel darah merah yang hilang saat menstruasi. Perbanyak asupan makanan dengan kandungan gizi dan protein yang tinggi saat menstruasi, seperti sayuran, ikan, telur, dan daging.
C. Menciptakan lingkungan yang mendukung MKM di rumah dan sekolah
Apakah anak perempuan yang sedang menstruasi bisa melakukan aktivitas seperti biasa di sekolah?
Ya. Perempuan yang sedang menstruasi dapat beraktivitas normal. Saat menstruasi, anak perempuan perlu membawa pakaian dalam, pembalut cadangan, dan kertas atau kantong plastik untuk membungkus pembalut bekas. Anak perempuan harus didorong agar tidak malu untuk meminta bantuan teman atau guru di sekolah, apabila mereka mengalami masalah saat menstruasi.
Kenapa laki-laki perlu mengetahui tentang menstruasi?
Laki-laki wajib memberikan dukungan kepada perempuan dalam mengelola menstruasinya melalui peran mereka sebagai suami, ayah, saudara, teman sekolah, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan penentu kebijakan. Sebagai orang tua, sangat penting untuk menanamkan nilai ini kepada anak laki-laki agar menghormati perempuan yang sedang menstruasi dengan cara tidak menggoda, mengolok-olok, mengejek, merundung atau bullying.
Bagaimana peran guru dan orang tua?
Lebih dari 90% anak perempuan percaya kepada orang tua dan guru sebagai sumber informasi. Karenanya, penting bagi guru dan orang tua untuk memahami informasi mengenai menstruasi dan dapat mengkomunikasikannya pada anak perempuan. Hal ini untuk mengurangi kecemasan anak perempuan dan menyiapkan mereka menghadapi menstruasi dengan baik.
[1] WHO/UNICEF Joint Monitoring Programme. Meeting Report of the JMP Post-2015 Global Monitoring Working Group on Hygiene. Washington, DC; 2012.
[2] United Nations. The human right to water and sanitation. Available at: http://www.un.org/ waterforlifedecade/human_right_to_water.shtml
[3] McMahon, S.A., et al. (2011). ‘The girl with her period is the one to hang her head’ Reflections on menstrual management among schoolgirls in rural Kenya. BMC International Health and Human Rights, 11(1), p. 7.
[4] Mason, L., Nyothach, E., Alexander, K., Odhiambo, F.O., Eleveld, A. et al. (2013) ‘We Keep It Secret So No One Should Know’ – A Qualitative Study to Explore Young Schoolgirls Attitudes and Experiences with Menstruation in Rural Western Kenya. PLoS ONE 8(11).
[5] Fisher, J. (2006). For Her It’s the Big Issue: Putting women at the centre of the water supply, sanitation and hygiene. W. S. a. S. C. Council, UNICEF.
[6] Sommer, M. (2010). Putting menstrual hygiene management on to the school water and sanitation agenda. Waterlines, 29(4), 268-278.
[7] Biran, A., et al. (2012). Background paper on measuring WASH and food hygiene practices - definition of goals to be tackled post 2015 by the Joint Monitoring Programme. London School of Hygiene and Tropical Medicine, Dept. of Public [8] Health and Policy: London, UK. Burnett Institute and partners (2015) Menstrual Hygiene Management in Indonesia; Understanding practices, determinants and impacts among adolescent school girls. UNICEF Indonesia in collaboration with Burnet Institute, SurveyMETER, WaterAid Australia, Aliansi Remaja Independen. Feb 2015
[9] Plan International Indonesia, Hasil Penelitian Manajemen Kebersihan Menstruasi di Nusa Tenggara Barat, 2016
[10] House, S., Mahon, T., & Cavill, S. (2012). Menstrual hygiene matters - A resource for improving menstrual hygiene around the world. London, UK: WaterAid.
[11] Majelis Ulama Indonesia, Haid dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam, 2016, Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLHSDA)-Majelis Ulama Islam