Mempunyai anak memang sebuah tanggung jawab yang besar. Wajar jika sebagai orang tua, Anda ingin melindungi buah hati dan memastikan kalau hidup mereka aman dan terjamin hingga dewasa.
Tapi jika rasa khawatir tersebut berlebihan, orang tua bisa saja menjadi over protektif dan justru membahayakan si kecil. Orang tua dengan pola asuh seperti ini biasanya terlibat secara berlebihan dalam kehidupan anak dengan alasan ingin melindungi anak dan memberikan yang terbaik.
Baca Juga : 6 tips cara meningkatkan kepercayaan diri anak - Charm Girl's Talk
Beberapa tanda-tanda pola asuh over protektif adalah:
- Melarang banyak hal dan tidak mengizinkan anak bereksplorasi
- Ingin tahu segalanya tentang anak dan tidak menghargai privasi
- Tidak mengizinkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri
- Selalu mengkhawatirkan atau mengintervensi keputusan anak
- Menuntut anak atau memiliki ekspektasi berlebih
Pola asuh seperti ini mungkin akan melindungi anak untuk sementara. Namun dalam jangka panjang, hal ini justru bisa memberikan dampak negatif pada perkembangan mental anak. Pasalnya, pola asuh sangat berpengaruh pada pertumbuhan anak-anak lho, Parents. Walaupun didasari oleh rasa sayang, tapi sikap yang berlebihan bisa memberikan pengaruh buruk pada si kecil tanpa disadari.
Menurut berbagai penelitian tentang psikologi anak dan remaja, pola asuh over protektif bisa menyebabkan anak mengalami gangguan jiwa. Orang tua yang over protektif juga tanpa sadar bisa membentuk karakter anak yang buruk saat anak beranjak dewasa.
Berikut dampak negatif dari pola asuh over protektif yang Parents perlu ketahui:
1. Tidak percaya diri dan tidak mandiri
Proses tumbuh kembang anak sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku dan karakter mereka. Orang tua yang over protektif sering mengintervensi kehidupan anak dan cenderung selalu memberikan bantuan tanpa diminta. Hal ini menyebabkan anak jadi terlalu bergantung dengan orang tua dan tidak percaya diri dengan kemampuan mereka.
2. Mudah berbohong
Tentunya tidak ada orang tua yang mengajarkan anak-anak mereka untuk berbohong. Tapi jika Anda terlalu mengkhawatirkan si kecil lalu selalu ingin terlibat dalam kehidupan mereka tanpa menghargai privasi, anak Anda bisa saja berbohong karena tidak merasa nyaman dengan kehadiran Anda.
3. Mudah cemas hingga depresi
Pola asuh yang didasari oleh rasa khawatir berlebihan bisa membuat anak menjadi penakut dan mudah cemas. Begitu pula dengan orang tua yang sering menuntut atau memberikan ekspektasi yang tinggi pada anak. Si kecil bisa tumbuh dengan gangguan kecemasan hingga depresi karena tidak percaya diri untuk memenuhi ekspektasi orang tua.
Hal ini mungkin tidak terlihat saat mereka masih kecil, namun akan muncul saat mereka beranjak dewasa dan hidup secara mandiri. Berdasarkan beberapa penelitian, anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang over protektif dan sering memaksakan kehendak mereka, akan lebih beresiko terkena depresi saat beranjak dewasa.
Lalu bagaimana caranya orang tua memberikan aturan yang tegas tanpa menjadi over protektif bagi anak? Berikut beberapa tips untuk mendidik anak dengan aturan yang tegas namun tetap mendukung mereka untuk mandiri dan bertanggung jawab:
1. Libatkan anak dalam membuat aturan
Pola asuh yang baik bagi anak adalah pola asuh yang demokratis, di mana orang tua dan anak sama-sama berhak memberikan pendapat dan terlibat dalam membuat keputusan. Saat Anda ingin memberikan aturan, berikan pengertian pada anak mengenai alasan peraturan tersebut. Misalnya, jelaskan si kecil tentang perbedaan fisik laki-laki dan perempuan untuk mengajarkan mereka aturan dan norma sosial. Diskusikan tentang konsekuensi yang mereka dapatkan jika melanggar aturan tersebut. Anda juga perlu menanyakan pendapat mereka dan dengarkan jika mereka keberatan. Dengan begini, anak akan belajar cara berpikir dan mengemukakan pendapat dengan baik.
2. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri
Saat anak terjatuh, mengalami kesulitan, atau melakukan kesalahan, sebisa mungkin biarkan mereka mencari solusi dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Jadikan kesalahan tersebut kesempatan bagi mereka untuk belajar.
Jika Anda merasa khawatir, tawarkan bantuan atau solusi, tapi biarkan mereka memutuskan sendiri. Cukup awasi mereka dari jauh dan berikan mereka ruang untuk berpikir. Hal ini dilakukan agar anak bisa belajar dari kesalahan mereka dan lebih bertanggung jawab dengan perilaku mereka.
3. Hargai anak sebagai individu
Seperti orang tua, anak juga merupakan individu mandiri yang punya kehidupan pribadi. Sebagai orang tua yang supportive, Anda perlu memberikan anak privasi sambil tetap memberikan batasan yang sudah didiskusikan bersama.
Jangan lupa untuk berikan apresiasi saat anak melakukan hal-hal yang baik, dan juga meminta maaf saat Anda melakukan kesalahan. Pola asuh yang seperti ini akan membuat anak merasa dihargai dan menciptakan rasa aman dalam hubungan keluarga.