Pada area vagina, ada sepasang benjolan kecil yang disebut kelenjar Bartholin. Fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan cairan yang melumasi vagina. Jika terdapat sumbatan pada kelenjar Bartholin, cairan tersebut bisa terjebak dan membentuk kista.
Siapa pun bisa mengalami kista Bartholin, tetapi risikonya lebih tinggi saat hamil karena adanya perubahan hormon. Hal ini tentu menimbulkan banyak pertanyaan, terutama apakah kista Bartholin saat hamil itu berbahaya? Adakah pengaruhnya pada kesehatan ibu dan janin? Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Untuk menjawab pertanyaan berikut, simak artikel berikut ini, yuk!
Apakah kista Bartholin saat hamil itu berbahaya?
Kista Bartholin merupakan salah satu kondisi medis yang lebih banyak ditemukan pada wanita usia subur, termasuk ibu hamil. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beragam faktor, mulai dari infeksi bakteri, penyakit menular seksual, hingga trauma pada vagina.
Biasanya, kista Bartholin bisa menghilang dengan sendirinya, terutama jika kamu tidak mengalami gejala lain. Kalaupun diperlukan penanganan medis, biasanya dokter akan menentukannya dari ukuran kista, nyeri yang timbul, dan apakah terjadi infeksi.
Lantas, apakah kista Bartholin saat hamil itu berbahaya? Ternyata tidak, Charm Girls. Pembentukan kista pada kelenjar kecil ini tidak memengaruhi kesuburan, kehamilan, maupun kesehatan ibu dan janin.
Meskipun begitu, berikut adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi jika seseorang memiliki kista Bartholin selama kehamilan.
1. Miss V sakit saat hamil
Kista yang terdapat di area kewanitaan bisa menimbulkan rasa sakit pada Miss V saat hamil. Meski tidak berbahaya, hal ini dapat mengganggu kenyamanan ibu hamil ketika berjalan, duduk, berhubungan intim, ataupun melakukan aktivitas lainnya.
2. Infeksi pada kista
Infeksi pada kista Bartholin dapat menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan rasa tidak nyaman pada wanita yang sedang hamil. Kalau dibiarkan, infeksi bisa saja bertambah parah sehingga kista tidak dapat sembuh sendiri dan harus ditangani lebih lanjut.
3. Pembentukan abses
Infeksi yang parah bisa menyebabkan pembentukan abses, yaitu kantong berisi nanah. Untuk mengatasinya, dokter harus mengeluarkan nanah dari abses serta memberikan antibiotik. Ini tentu membuat proses pemulihan menjadi lebih lama.
Mengapa kista Bartholin bisa muncul saat hamil?
Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kista Bartholin selama kehamilan.
- Perubahan hormon-hormon pada tubuh selama kehamilan.
- Adanya tekanan dari janin yang terus tumbuh membesar.
- Infeksi bakteri E. coli selama kehamilan. Bakteri ini bisa berpindah dari anus ke vagina akibat kebiasaan membersihkan vagina dari arah belakang ke depan.
- Infeksi menular seksual, seperti gonore dan klamidia.
- Faktor-faktor lainnya, seperti aktivitas seksual serta kebersihan diri yang kurang terjaga.
Berbagai faktor di atas bisa menyebabkan penyumbatan pada saluran di dalam kelenjar Bartholin. Akibatnya, cairan yang seharusnya melumasi vagina justru terjebak di dalam kelenjar dan membentuk kista.
Cara mengatasi kista Bartholin saat hamil
Kista Bartholin biasanya tidak memerlukan penanganan khusus. Benjolan pada kelenjar akan mengempis dengan sendirinya dan rasa nyeri akan menghilang secara perlahan. Dokter biasanya baru menyarankan penanganan berikut apabila kista berukuran besar, mengalami infeksi, atau menyebabkan nyeri yang sangat mengganggu.
1. Berendam dalam air hangat
Berendam dalam air hangat beberapa kali sehari dapat mempercepat pecahnya kista berukuran kecil sehingga cairan yang ada di dalamnya bisa ikut keluar. Coba lakukan ini selama 3 atau 4 hari hingga kondisimu membaik.
2. Operasi pengeluaran nanah
Kista Bartholin yang berukuran sangat besar atau terinfeksi mungkin harus ditangani dengan operasi kecil. Dokter akan membuat sebuah sayatan kecil, lalu memasukkan kateter ke dalamnya. Kateter ini akan dibiarkan selama beberapa minggu hingga nanah dan cairan di dalam kista keluar seluruhnya.
3. Pemberian antibiotik
Dokter dapat memberikan obat antibiotik jika kista Bartholin telah terinfeksi atau pasien terdiagnosis mengalami infeksi menular seksual. Namun, pemberian antibiotik mungkin tidak diperlukan jika dokter sudah mengeluarkan nanah dari dalam kista.
4. Marsupialisasi
Kista Bartholin yang muncul berulang kali saat hamil bisa diatasi dengan marsupialisasi. Dokter awalnya akan membuat sayatan untuk mengeluarkan cairan dari dalam kista. Dokter lalu akan menjahit tepi luka untuk membuat kantong kecil yang menjadi jalan keluarnya cairan dari kelenjar.
Jika berbagai cara di atas tidak berhasil dan kista masih saja muncul, dokter juga dapat menyarankan operasi pengangkatan kista Bartholin. Akan tetapi, ini biasanya menjadi metode terakhir yang dipilih, mengingat risikonya cukup besar.
Kista Bartholin bisa saja muncul kembali sewaktu-waktu, termasuk saat hamil. Kamu dapat mencegahnya dengan menjaga kebersihan diri, menghindari penggunaan produk mengandung pewangi, dan mengenakan pakaian dalam yang longgar.